PARENTS, Sudahkan Mengucapkan Terima Kasih Pada Guru Dari Anak-anak Kita?

Kategori Berita


Iklan Semua Halaman

.

PARENTS, Sudahkan Mengucapkan Terima Kasih Pada Guru Dari Anak-anak Kita?

Senin, 27 November 2023



Oleh: Dr. Lalu Yulhaidir, S.Psi., M.Psi. Psikolog 


Guru yang mencintai profesinya, guru yang menjalankan perannya secara sungguh-sungguh, guru yang totalitas dalam karir dan karyanya, akan terlibat penuh dan utuh dalam seluruh kegiatan dan proses belajar mengajar yang menjadi rutinitas hariannya. 


Individu yang telah mendedikasikan dirinya menjadi guru, akan menerima perannya untuk setiap hari bekerja dan beramal, memperhatikan dan melihat setiap fase perkembangan anak didiknya secara tulus. 


Merupakan kebahagiaan bagi setiap guru yang berhasil melihat peserta didiknya berproses dan berprogres, bahagia penuh sukur atas capaian peserta didiknya, namun sesekali guru juga perlu mempersiapkan diri untuk menerima kondisi buruk peserta didiknya. 


“Saya sedang berada dalam fase tawakkal menunggu dan menerima taqdir Allah, apapun yang akan terjadi (pada peserta didik) akan saya terima setelah ikhtiar maksimal ini saya jalankan. 


Demikian ungkapan tawakkal dan penyerahan diri guru pada Sang Pemilik jiwa yang membolak-balikkan hati seeluruh manusia. Parents, dalam bahagia kita ada bahagia guru, dan dalam duka kita, juga ada duka guru, karena anak-anak kita adalah anak-anak dari gurunya. 


Untuk GURU, istirahatlah sejenak. Tengoklah dirimu lebih dalam lagi, sapa nuranimu, penuhi kebutuhan utamamu, sebelum engkau kembali ke bangku sekolah peserta didikmu. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk guru peduli pada diri sendiri : 


1. BERGERAKLAH : Menjaga tubuh agar senantiasa tetap bugar dan kuat tidak harus dilakukan dengan gym, atau lari maraton setiap hari. Sesekali atau mungkin beberapa kali secara terjadwal guru perlu keluar sejenak dari lingkungan sekolah, berjalan-jalan menggerakkan tubuh dengan langkah-langkah kecilmu, menikmati setiap lafaz zikir dan tilawahmu, menikmati setiap doa yang terpanjat untukNya, atau mungkin mendengar musik kesukaanmu, menyaksikan film pavorit, membaca buku kesukaanmu,  dan lepaskan endorphin bahagiamu. 


Cobalah untuk menghirup udara segar, dan merasakan sinar matahari yang hadirkan efek ke kulit hingga efek tenang dalam hati. Habiskanlah beberapa waktu meski hanya sesaat saja, untuk kembali terhubung ke dalam diri sendiri, bertanya ke dalam hati nuranimu atas apapun yang terjadi hari ini. 


Hal itu mungkin dapat dilakukan dengan hanya merendamkan kaki di sungai, atau menanam kaki di pasir pantai dengan terik yang teduh, mendengar gemericik aliran air hujan, membiarkan hujan membasahi tubuh dengan lembut, hingga merasakan sensasi terpaan angin lembut yang sesekali tertiup di tubuh dan wajah. Rasakan semua itu, maka hiduplah kembali sel-sel bahagia dalam tubuh dan jiwamu. 


2. MINDFULNES : Mungkin para guru pernah berpikir “kapan semua ini akan berakhir, mengapa kesalahan yang dilakukan peserta didik selalu berulang  seolah-olah tak berakhir, mengapa orang tua wali murid selalu protes seolah olah tidak memahami fungsi kami, mengapa persoalan di sekolah ini tidak ada ujungnya”. Yakinlah guru, bahwa segala sesuatu ada permulaannya dan juga memiliki akhir. 


Perasan tidak berdaya dapat membawamu dalam kondisi cemas berkepanjangan, dan tentu hal ini tidak baik, karena dapat menimbulkan beberapa gangguan fisik dan psikis, semisal merasa pusing, sakit perut, keringat dingin, merasa mual, hingga merasa tertekan sepanjang hari dan motivasi menjadi rendah. 


Tariklah nafas sejenak, nikmati irama dan hembusan nafas, denyut jantung dan aliran darah, menikmati setiap guyuran air saat mandi atau berendam, merasakan sensasi mandi dengan air hangat, menempati ranjang tidur yang baru saja diganti seprei bersih nan berwarna cantik. 


Menikmati setiap kalimat dari buku yang disuaki, mungkin juga mengkonsumsi hidangan makanan kesukaan bersama anggota keluarga dan orang tercinta, dan atau kegiatan berkebun yang menghadirkan ketenangan dan kenyamanan hati. Nikmati semua itu secara sadar, secara penuh, secara utuh. Lihat dan rasakanlah apa yang terjadi setelahnya. 


3. TERAPI : akses terapi psikologis jika guru memerlukannya, sebagai sebuah bentuk self care dan perawatan mental dalam jangka waktu panjang 


4. TULUS MENCINTAI DIRI SENDIRI : Guru bisa memberikan kebaikan pada diri sendiri seperti memberikan kebaikan pada orang lain, mengucapkan terimakasih kepada diri sendiri hingga meminta dan memberi maaf pada diri sendiri. 


Guru tidak akan selalu bisa melakukan semuanya, tidak bisa menjadikan semua orang bahagia dan puas dengan layanan yang ada, karna ada kalanya guru tidak dapat memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, guru tidak bisa memenuhi harapan seluruh orang tua untuk menjadikan semua anak baik, tanpa cacat cela. 


Guru hanya perlu untuk mengucapkan terimakasih kepada diri sendiri secara tulus, atas tiap langkah dan capaian yang saat ini telah diraih, meskipun orang lain tidak memberikan hal itu pada dirimu, karena engkaulah yang paling mahir untuk memahami dirimu sendiri, mengucapkan terimakasih dan memberikan ketulusan atas tiap capaian baik hingga di titik ini. 


5. KATA AFIRMASI : guru, mungkin kalimat ini bisa bermakna untukmu, cobalah membacanya secara perlahan dan mendalam “Sungguh engkau istimewa, pertahananmu hingga di titik ini menjadi gambaran betapa hebatnya dirimu berdiri tegak, tak semua orang bisa tetap tangguh dalam tekanan yang bertubi-tubi, perubahan yang begitu cepat dan dinamis, merasa diabaikan dan tidak dianggap, namun dirimu memilih bertahan dengan segala kehebatan yang engkau ciptakan sendiri hingga detik ini. 


Sungguh, tak semua orang mampu menjadi sekuat dirimu, mencintai profesi ini seperti yang engkau tunjukkan. Guru, sungguh engkau hebat. Terimakasih telah menyinarkan cahayamu setiap hari di tempat ini, hingga hari ini. 


6. BINA RELASI : Guru memerlukan bina relasi bersama keluarga, bercengkrama dalam kehangatan dan kedekatan, memandang perkembangan anak, pasangan dan keluarga. 


Mungkin guru juga perlu membina relasi dengan taman lama saat SD, SMP, atau mungkin saat SMA hingga perguruan tinggi, saling kunjung bersama tetangga untuk sekedar saling sapa mengantar sepiring makanan yang hadirkan senyum penerimaan. 


Membuat janji dengan teman perkumpulan untuk hang out di pagi, sore, atau malam hari, karena, your partner is your support system, and you will be more whole when you spend time with them and foster that connection. 


Parents, yukkk temani guru anak-anak kita, kuatkan mereka, berikan dukungan penuh pada mereka, untuk lebih sehat dan sejahtera. Kebaikan guru menjadi potensi ruang baik untuk perkembangan dan keunggulan anak-anak kita. 


Penulis Psikolog dan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Nusa Tenggara Barat