Bappeda dan Litbang Dompu Jelaskan Gambaran Umum Kondisi Daerah (Bagian 7)

Kategori Berita


Iklan Semua Halaman

.

Bappeda dan Litbang Dompu Jelaskan Gambaran Umum Kondisi Daerah (Bagian 7)

Jumat, 12 April 2024

Kepala Bappeda dan Litbang Dompu, Drs. H Gaziamansyuri M.Ap

Dompu, Topikbidom.com - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Litbang Kabupaten Dompu, Drs. H Gaziamansyuri M.Ap, Sabtu (13/4/2024) menjelaskan mengenai gambaran umum kondisi daerah. 


Hal itu, mulai dari aspek geografi yang artinya meliputi gambaran mengenai lokasi, potensi pengembangan dan kerentanan terhadap bencana pada wilayah perencanaan untuk mengetahui karakteristik fisik wilayah yang sedang direncanakan. 


Luas Wilayah dan Batas Administrasi Merujuk pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.1.1-6117 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi, dan Pulau. 


"Kabupaten Dompu teridentifikasi dengan kode wilayah 52.05 yang memiliki luas seluas 2.281,752 Km2 terdiri atas 8 Kecamatan, 9 Kelurahan dan 72 Desa," ujar Gaziamansyuri. 


Ia, juga menjelaskan secara administratif Kecamatan Dompu merupakan Ibukota Kabupaten Dompu. "Adapun Kecamatan Pekat merupakan wilayah paling luas diantara kecamatan lainnya dengan 37,67 persen dari total luas wilayah Kabupaten Dompu," paparnya. 


Lanjut Gaziamansyuri, wilayah administratif per-kecamatan di Kabupaten Dompu. Dapat juga diketahui wilayah daerah lain yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Dompu yaitu Utara Laut Flores dan Kabupaten Bima Selatan, Laut Indonesia Barat Kabupaten Sumbawa dan Timur Kabupaten Bima. 


Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis, Kabupaten Dompu berada diantara 1170420’ sampai 1180 300’ Bujur Timur dan 80060’ sampai 900 50’ Lintang Selatan. Kabupaten Dompu terletak di Pulau Sumbawa bagian tengah, dengan sisi selatan berbatasan langsung dengan Lautan Indonesia, sedangkan di bagian lainnya dibatasi oleh Teluk Saleh di Barat Daya dan Laut Flores di bagian utara. 


"Dari luas wilayah tersebut terdapat 21 pulau dengan rincian 2  pulau yang berpenghuni dan 19 pulau yang tidak berpenghuni," paparnya lagi. 


Lanjut Gaziamansyuri, kondisi topografi wilayah dapat dilihat dari dua jenis yaitu ketinggian lahan dan kemiringan lahan. Berdasarkan klasifikasi ketinggian (topografi) dengan menggunakan data elevation model Nasional (DEMNAS). 


"Luasan wilayah dengan ketinggian 0 – 50 Mdpl sekitar 15,70 %, ketinggian 50 – 100 Mdpl sekitar 10,95 %, ketinggian 100 – 250 Mdpl sekitar 27,53 %, ketinggian 250 – 500 Mdpl sekitar 23,92 % (paling luas) , ketinggian 500 – 1000 Mdpl sekitar 15,77 %, ketinggian 1000 – 1500 Mdpl sekitar 4,29 % dan 1500 Mdpl sekitar 1,83 % (paling rendah). Secara rinci tentang luas masing – masing kelas ketinggian," jelasnya lagi. 


Gaziamansyuri menyebut, berdasarkan hasil analisis data elevation model, bila di lihat dari tingkat kemiringan lereng terdapat 136.112,01 Ha berada pada kemiringan antara 0-8 % yang merupakan areal paling luas, 55.223,69 Ha berada pada kemiringan antara 8-25 %. 31.205,16 Ha berada pada kemiringan 15-25%, 4.189,98 Ha berada pada kemiringan di atas 25 – 45 % dan 104,52 berada pada kemiringan > 45 % yang merupakan areal yang memiliki luasan paling rendah. 


Secara umum, kondisi geologi di Kabupaten Dompu di Dominasi oleh Satuan Lava Breksi dari Tambora (73642,78 Ha), kemudian disusul Andesit-Basal labumbu lebih muda (68552,25 Ha) dan Satuan Breksi – TUF (63786,39 Ha). 


Uraian stratigrafi stratigrafi tersebut menjelaskan Tmv-Satuan Breksi-TUF; terdiri atas breksi yang bersifat andesit dengan sisipan tufa; setempat mengandung lahar, lava andesit dan basal. Umumnya berwarna kelabu dan hijau, setempat lava berstruktur bantal, bersisipan rijang. Satuan batuan setempat terpropilitkan, termineralkan dan terkersikkan; terlihat urat kuarsa dan kalsit. 


Umur satuan menunjukkan miosen berdasarkan kandungan fosil pada lensa batu gamping. Satuan ini menjemari dengan satuan batu pasir tufaan dan satuan batu gamping. Secara tidak selaras mengalasi satuan batu gamping koral. Sebarannya dapat ditemukan di bagian selatan pulau memanjang dari barat ke timur. 


Qhv-Satuan Lava Breksi dari Tambora; terdiri atas lava breksi, lahar, tufa, dan abu gunung api bersusun andesit. Batuan terutama berkomposisi kalsium alkali dan terdiri dari andesit hornblende dan andesit augit-hornblende yang keduanya berupa batu apung dan andesit batu apung serta andesit augit berbiotit. 


"Batuan ini adalah hasil erupsi Gunung Tambora pada tahun 1815 (Hédervári, 1963).Qv (l, le, m, s, sn) Satuan Breksi Andesit-Basal; terdiri atas breksi gunung api, lahar, tufa, abu, dan lava bersusunan andesit dan basal," terangnya. 


Tambah Gaziamansyuri, sumber daya air (tawar) yang dapat dimanfaatkan oleh manusia terutama berasal dari air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Sedangkan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah.


Daerah Aliran Sungai ialah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.


"Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Dodokan-Moyosari, di Kabupaten terdapat 7 (Tujuh) SWP (satuan wilayah pengembangan) dan 73 (tujuh puluh empat) DAS yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Dompu," terangnya lagi. 


Sambung Gaziamansyuri, potensi air permukaan masing-masing satuan wilayah pengembangan Kabupaten Dompu sangat besar untuk memenuhi kebutuhan air berbagai sektor. Dominasi pemanfaatan air permukaan saat ini adalah sebagai sumber air irigasi dan air bersih masyarakat. 


Masing-masing sub satuan wilayah sungai terdapat beberapa sungai yang sangat potensial untuk dikembangkan serta dilakukan usaha-usaha pengelolaan yang lebih baik termasuk di dalamnya usaha konservasi kawasan hulu maupun di sepanjang aliran, pendayagunaan yang lebih optimum, serta usaha pengendalian daya rusaknya.


Mata air tersebar di Kabupaten Dompu mempunyai sifat, besaran, dan karakter yang berbeda-beda tergantung lokasi tempat munculnya mata air. Pada lokasi dengan kondisi daerah tangkapan yang kritis, debit aliran mata air cenderung sangat kecil dan bahkan beberapa titik tidak ada aliran, sedangkan pada kondisi daerah tangkapan yang masih alami/baik debit aliran cenderung besar dan konstan sepanjang tahun. 


"Berdasarkan data BWS Nusa Tenggara I (2018) Kabupaten Dompu memiliki 39 titik mata air yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Dompu," jelasnya lagi. 


Lebih jauh Gaziamansyuri, juga menjelaskan Pulau Sumbawa didominasi oleh wilayah bertipe iklim D3, D4, dan E3 serta hanya sebagian kecil wilayahnya yang memiliki tipe iklim C3 dan E4. Zona iklim D pada tipe iklim Oldeman. 


Hujan di Kabupaten Dompu berpola monsun yang ditandai dengan satu puncak curah hujan maksimum pada saat monsun barat dan puncak minimum pada saat monsun tenggara. Pola hujan tersebut terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara bagian utara dan selatan ekuator. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan pergerakan umum angin dari arah utara dan barat pada bulan Oktober hingga Maret dan pergerakan angin dari selatan dan tenggara pada bulan April hingga September. 


Periode bulan Oktober – Maret disebut monsun barat, sedangkan bulan April-September disebut monsun tenggara. Pada saat monsun barat, curah hujan di wilayah Indonesia yang berpola hujan monsun akan tinggi karena tingginya penguapan yang terjadi di sekitar Samudera Hindia, sedangkan pada saat monsun tenggara, curah hujan akan rendah karena sedikitnya wilayah perairan yang dilewati angin monsun tenggara.


Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Dompu yaitu sebesar 273 mm/bulan. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Dompu adalah 167 mm. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan April yaitu selama 30 hari dan terjadi di Kecamatan Pekat. 


Penggunaan lahan merupakan sebuah hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan yang terdapat di permukaan bumi. Penggunaan lahan memiliki sifat dinamis yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik secara material ataupun spiritual. 


Dalam hal ini, bentuk penggunaan lahan masyarakat di lapangan diwakili oleh data penutupan lahan. Berdasarkan tata tutupan KLHK, di kabupaten Dompu di dominasi hutan lahan kering sekunder dengan luas 96.970,59 atau 42,51 % dan paling rendah tanaman campuran 4,21 Ha atau 0,002 %. 


Secara umum, Kabupaten Dompu, memiliki 7 jenis tanah utama yaitu Aluvial, Andosol, Gleisol, Grumusol, Kambisol, Litosol, dan Regosol. Kambisol adalah jenis tanah paling dominan, kemudian diikuti Litosol, Regosol, dan Gleisol. Secara ringkas keempat jenis tanah ini dijelaskan sebagai Kambisol adalah tanah yang berkembang di atas batu gamping. Jenis tanah ini ditemukan di dataran tinggi batu gamping dan daerah sekitar erosi, serta memiliki horizon A berwarna merah gelap hingga coklat gelap kemerahan dengan tekstur sedang (lempung) hingga agak halus (lempung liat berdebu). 


Konsistensi gembur hingga agak teguh pada keadaan lembab. Selain itu, jenis tanah ini agak masam (pH 5,5) dan memiliki solum dengan kedalaman dalam sampai sangat dalam dan tersebar pada area dengan kemiringan lereng > 15 %. Secara genesis, jenis tanah ini termasuk tanah yang sedang berkembang karena tidak ditemukan gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air) di dalam penampang 59 cm dari permukaan tanah. 


Litosol merupakan jenis tanah berbatu dengan lapisan tanah tidak begitu tebal. Penampangnya besar dan berbentuk kerikil, pasir, atau batu-batuan kecil, karena sedikit sekali mengalami perubahan struktur atau profil dari batuan asal. Tanah litosol umumnya kurang cocok untuk pertanian karena miskin unsur hara. Jenis tanah ini terbentuk dari batuan beku akibat proses letusan gunung berapi dan sedimen keras yang proses pelapukan kimia (dengan bantuan organisme hidup) dan fisikanya (dengan bantuan sinar matahari dan hujan) belum sempurna, sehingga struktur asal batuan induknya masih terlihat. 


Oleh sebab itu, tanah litosol disebut tanah yang paling muda. Bahan induknya dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan. 


Regosol merupakan jenis tanah dengan butiran kasar yang berasal dari material erupsi gunung berapi (hasil peristiwa vulkanisme). Di wilayah Pulau Sumbawa, sebagian besar berada di sekitar Gunung Tambora dan Gunung Sangiang. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung, mempunyai sifat subur, bertekstur tanah kasar, butiran- butirannya kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, cenderung gembur, mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi, serta peka terhadap erosi tanah sehingga mudah tererosi. Regosol sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi, kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran Penggunaan tanah regosol sebagai lahan pertanian dapat dilakukan jika sifat fisika, kimia, dan biologinya diperbaiki terlebih dahulu. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah drainase dan porositas yang sangat tinggi serta belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. 


Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah regosol rendah. Perbaikan tanah perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas yang ada, sehingga mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih baik untuk lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan tanah lebih lanjut dan meluas, diperlukan usaha konservasi tanah dan air yang lebih mantab. Salah satu upaya pengelolaan dalam rangka peningkatan produktivitas sumberdaya lahan dengan cara penambahan energi berupa amelioran, bahan organik dan pemupukan. 


Gleisol adalah jenis tanah yang perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi, yang merupakan dataran rendah atau cekungan dan hampir selalu tergenang air. Ciri-ciri gleisol adalah solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat dan bersifat asam (pH 4.5 – 6.0). 


Karena air tanah yang tinggi, gleisol berada dalam keadaan tereduksi pada bagian tanah yang selalu jenuh air. Tidak ada oksigen bebas atau terlarut sehingga tanah berwarna biru kelabu. Gleisol memiliki ciri khas adanya lapisan glei kontinyu berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah yang selalu jenuh air. Tanah ini biasanya mengandung bahan organik tinggi dan mempunyai horison mineral yang berbercak kelabu atau berbercak kelabu kecoklatan. 


Potensi Pengembangan WilayahUndang Undangan Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mencantumkan Tujuan, Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah. Tujuan penataan ruang diuraikan secara umum dengan memperhatikan karakteristik wilayah Kabupaten Dompu dan kecenderungan perkembangannya. Kebijakan dan strategi yang dijabarkan meliputi kebijakan dan strategi penetapan struktur ruang wilayah yang terdiri atas sistem perkotaan dan sistem pengembangan prasarana wilayah meliputi jaringan transportasi, energy, telekomunikasi, sumber daya air dan infrastruktur perkotaan yang meliputi penyediaan air, pengelolaan air limbah, persampahan, drainase, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dan jalur evakuasi bencana. 


Selain itu diuraikan pula kebijakan dan strategi penetapan pola ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 2 Tahun 2012, bahwa penataan ruang wilayah Kabupaten Dompu bertujuan untuk Mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Dompu yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi yang didukung oleh sektor industri pengolahan, perikanan dan kelautan, perdagangan dan jasa, pariwisata serta pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana.


Kebencanaan Wilayah Kabupaten Dompu yang memiliki kondisi alam yang beragam dan keberadaan Gunung Tambora serta kawasan laut secara tidak langsung memberikan dampak pada munculnya bencana alam. Oleh karena itu perlu dilakukan penyusunan Dari grafik di atas diketahui bahwa Indeks Risiko Bencana (IRB) di Kabupaten Dompu memperlihatkan tren menurun dalam kurun waktu tahun 2015-2022. 


Hal ini menunjukkan bahwa penanganan bencana di Kabupaten Dompu sudah sangat baik. Pemerintah daerah berhasil menurunkan tingkat risiko bencana yang awalnya berada di angka 184,40 kategori tinggi pada Tahun 2015 menjadi 102,25 kategori sedang pada Tahun 2022. 


Dari aspek Demografi Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten Dompu merupakan konsekuensi dari tingkat kelahiran dan kematian yang terjadi di masyarakat. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor perpindahan penduduk yang datang (migrasi masuk) maupun perpindahan penduduk ke luar daerah (migrasi keluar).


Jumlah dan Struktur Penduduk Struktur penduduk adalah susunan jumlah penduduk berdasarkan kelompok data tertentu. Struktur penduduk Kabupaten Dompu.Struktur Kabupaten Dompu Tahun 2022 didominasi oleh penduduk usia remaja 0-14 tahun. Hal ini ditandai dengan tingginya jumlah penduduk pada kisaran usia tersebut. Sedangkan pada kelompok umur 15-19 tahun tercatat jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kelompok umur 10-14 tahun maupun 20-24 tahun. 


Kondisi ini mungkin disebabkan adanya penduduk pada usia tersebut yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di luar daerah. Sementara itu hal yang menarik adalah, pada kelompok umur tua (25 tahun ke atas) jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukan bahwa kecenderungan perempuan untuk kembali ke Kabupaten Dompu setelah menempuh pendidikan di luar daerah lebih tinggi dibandingkan laki-laki. 


Dilihat dari jumlah penduduk menurut Kecamatan tahun 2022, jumlah penduduk terbanyak adalah pada Kecamatan Woja mencapai 57.770 jiwa dengan kepadatan penduduknya sebesar 191,92 jiwa/km2, namun demikian berdasarkan kepadatan penduduk Kecamatan Dompu menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 249,52 jiwa/km2 disusul oleh Kecamatan Manggelewa pada posisi ketiga. Sedangkan Jumlah penduduk paling sedikit adalah pada Kecamatan Kilo yaitu sebesar 13.174 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 56,06 jiwa/km2, sementara itu tingkat kepadatan penduduk paling rendah adalah pada Kecamatan Pekat sebesar 35,78 jiwa/km2 yang berarti bahwa dalam wilayah 1 km2 hanya ditempati oleh sekitar 35,78 orang penduduk. 


Laju pertumbuhan penduduk per tahun adalah angka yang menunjukkan ratarata tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Metode penghitungan laju pertumbuhan penduduk yang digunakan dalam dokumen ini adalah metode geometrik. Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2011 hingga 2022 laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Dompu mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun melambat. 


Berdasarkan data penduduk menurut kelompok umur, dapat diketahui pada Tahun 2022 bahwa dependency ratio penduduk Kabupaten Dompu adalah 50,00 yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 50 penduduk yang berusia tidak produktif. 


Rasio ini lebih tinggi daripada rasio nasional yang berada di angka 44,4 dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan Provinsi NTB yaitu 49,18. Jika dilihat dari trend rasio ketergantungan, rasio ketergantungan Kabupaten Dompu mengalami penurunan yang cukup baik dimana pada Tahun 2012 tercatat angka ketergantungan sebesar 64 menurun sebesar 21,87 persen menjadi 50,00 pada Tahun 2022. Hal tersebut menunjukkan beban tanggungan penduduk usia produktif (15 hingga 64 tahun) berkurang dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif. 


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Laju pertumbuhan ekonomi daerah mengindikasikan perkembangan agregat pendapatan daerah dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya yang dihitung menggunakan angka PDRB harga konstan. 


Pertumbuhan ekonomi daerah yang positif menggambarkan perkembangan dan percepatan dalam proses pembangunan, sebaliknya pertumbuhan ekonomi negatif menunjukkan adanya penurunan dalam perekonomian daerah. Selama kurun waktu 2011 – 2022, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu menunjukan angka yang fluktuatif. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu berada diatas pertumbuhan Provinsi NTB dan Nasional dengan persentase pertumbuhan sebesar 7,2 persen. 


Pada Tahun 2020 ketika pandemic Covid 19 mewabah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu mengalami konstraksi yang cukup tajam yaitu minus 3,21 persen. Sedangkan pada Tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu tumbuh positif yaitu 1,68 persen dan perlahan membaik hingga tahun 2022 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dompu menunjukkan persentase pertumbuhan sebesar 2,95 persen meskipun masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB maupun Nasional. 


Indeks Gini merupakan indikator makro ekonomi yang menggambarkan kesejahteraan suatu wilayah dengan mengukur ketimpangan ekonomi berdasarkan distribusi pendapatan disuatu wilayah tertentu. 


Hasil perhitungan berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati satu maka semakin parah ketimpangan di wilayah tersebut. Indeks Gini Kabupaten Dompu Tahun 2022 sebesar 0.312 yang menunjukkan tingkat ketimpangan yang rendah. 


Grafik dibawah menunjukkan dalam 9 tahun terakhir Indeks Gini Kabupaten Dompu cenderung mangalami penurunan setiap tahunnya dan lebih rendah jika dibandingkan dengan Indeks Gini Provinsi NTB dan Nasional.


Perhitungan angka kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah suatu batas yang disebut garis kemiskinan, tergolong sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).


GKNM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. Batas kecukupan makanan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978 yang menyebutkan bahwa untuk hidup sehat dibutuhkan rata-rata 2100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan ini diwakili oleh 52 jenis (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Sementara itu, GKNM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Membaiknya tingkat kesejahteraan dilihat dari segi moneter, diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskin. Dalam 12 tahun terakhir, jumlah angka kemiskinan di Kabupaten Dompu menurun dari 18,17 persen pada Tahun 2011 menjadi 12,40 persen pada Tahun 2022 atau terjadi penururan angka kemiskinan sebesar 5,77 persen. 


Keberhasilan penurunan angka kemiskinan itu menempatkan posisi Kabupaten Dompu sebagai kabupaten yang progresif dalam mengurangi angka kemiskinan jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan. Kemiskinan masih menjadi isu penting yang belum dapat terselesaikan sampai dengan saat ini. Kemiskinan seringkali dipahami sebagai rendahnya tingkat kesejahteraan, padahal kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang bersifat multidimensi dan sangat penting untuk ditangani melalui dukungan seluruh pemangku kepentingan. 


Berdasarkan perkembangan persentase penduduk miskin di Kabupaten Dompu dari Tahun 2011 sampai 2022 terus mengalami penurunan namun pada Tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 12,60 persen sebagai akibat dari mewabahnya pandemic Covid-19. Namun demikian Kabupaten Dompu berhasil kembali menunjukkan trend positif pada Tahun 2022 dengan angka kemiskinan menurun menjadi 12,40 persen. 


Meskipun demikian Pemerintah Kabupaten Dompu perlu terus melakukan upaya untuk menekan angka kemiskinan di Kabupaten Dompu melalui kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan perekonomian masrayakat.


Gambar di bawah menunjukkan perbandingan persentase penduduk miskin Kabupaten Dompu, Provinsi NTB dan Nasional dalam 12 tahun terakhir. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa angka kemiskinan Kabupaten Dompu, Provinsi NTB dan Nasional secara umum terus menunjukan trend penurunan. Angka kemiskinan Kabupaten dompu selama 12 tahun terakhir berada dibawah angka kemiskinan Provinsi NTB namun masih berada diatas angka kemiskinan nasional.



Data Tahun 2022 menunjukkan bahwa posisi Kabupaten Dompu berada pada urutan ketiga setelah Kota Mataram dan Kota Bima dengan angka kemiskinan terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan merupakan Kabupaten yang paling rendah tingkat kemiskinannya. Angka kemiskinan terendah untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat ditempati oleh Kota Mataram dengan angka kemiskinan sebesar 8,63 persen, selanjutnya diikuti oleh Kota Bima sebesar 8,80 persen, dan Kabupaten Dompu berada diposisi ketiga dengan angka 12,40 persen. 


Angka kemiskinan tertinggi untuk Wilayah Nusa Tenggara Barat terdapat di Kabupaten Lombok Utara dengan angka 25,93 persen. Pencapaian ini sekaligus menempatkan Kabupaten Dompu pada posisi tingkat kemiskinan terendah ketiga di Provinsi Nusa tenggara Barat setelah Kota Mataram dan Kota Bima.(Advertorial/Bersambung)